Rabu, 31 Januari 2018

KAJIAN INTERAKSIONSIME SIMBOLIK PADA HUMAS PT.PLN (PERSERO) APJ BANTEN UTARA DALAM MEYAKINKAN KESADARAN PELANGGAN TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK (Penelitain Tugas Akhir Mata Kuliah Qualitative) Oleh : Anggia Kamilia Hanifah - PR 19.3C - NIM.15110190827 - LSPR Jakarta

KAJIAN INTERAKSIONSIME SIMBOLIK PADA HUMAS PT.PLN (PERSERO) APJ BANTEN UTARA DALAM MEYAKINKAN KESADARAN PELANGGAN TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan oleh :
                       Nama               : Anggia Kamilia Hanifah
         NIM                   : 15110190827
             Konsentrasi      : Public Relations


DOSEN :
ELLYS LESTARI PAMBAYUN,S.Sos.,M.Si.
LONDON SCHOOL PUBLIC RELATIONS (LSPR)
JAKARTA,2018

KATA PENGANTAR

           
            Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Proposal tugas akhir mata kuliah metodologi penelitian qualitative yang berjudul “Kajian Interaksionisme Simbolik Pada Humas PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara Dalam Meyakinkan Kesadaran Pelanggan Terhadap Penggunaan Energi Listrik”.
            Adapun tugas akhir ini , telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan proposal ini. Untuk itu , kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam proses pembuatan proposal ini.
            Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki proposal tugas akhir “Kajian Interaksionisme Simbolik Pada Humas PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara Dalam Meyakinkan Kesadaran Pelanggan Terhadap Penggunaan Energi Listrik” ini.
             Terakhir, penyusun mengharapkan semoga dari penelitian ilmiah tugas akhir mata kuliah metedologi qualitative ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.
                                                                                                  Jakarta, 17 Januari 2018
                                                                                    
                                                                                                  Anggia Kamilia Hanifah


           
Hubungan masyarakat tidaklah terpisahkan dari kehidupan manusia yang dengan koridornya merupakan makhluk sosial. Di mana masyarakat berinteraksi dengan sesuatu ataupun ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain, di sana akan ada suatu hubungan masyarakat yang mampu membantu untuk terjalinnya suatu ikatan.
            Organisasi merupakan sebuah kesatuan yang utuh dan kompleks. Di dalamnya terdapat berbagai elemen yang saling berkaitan. Antara elemen memerlukan interaksi agar organisasi sebagai sistem dapat mencapai tujuannya. Humas adalah salah satu aspek dari elemen organisasi untuk ikut serta membantu mengelola interaksi organisasi dengan komponen-komponennya.
            Public Relations merupakan pemikiran yang dipraktekkan secara konsepsional oleh Bapak Public Relations Ivy Lee seorang penemu Public Relations modern dan mengembangkannya menjadi objek studi ilmiah oleh para cendikiawan. Deklarasi asas para karyawan, keterbukaan sebuah organisasi dan terjalinnya komunikasi dua arah menjadi lahirnya fungsi dari Public Relations.
            Public Relations timbul karena adanya ketergantungan antar individu, individu dan kelompok, maupun antar kelompok dengan masyarakat. Kualitas informasi dan Intensif komunikasi yang terjadi membuat hubungan dalam sebuah Publik menjadi sesuatu yang sangat penting demi kelangsungan individu, kelompok maupun masyarakat.Hubungan yang sehat terjadi bilamana terdapat kepercayaan dari publik-publik atas keterbukaan dan kejujuran sebuah kelompok, organisasi maupun masyarakat (Jefkins,1995 : 9).
            Pada prinsipnya Public Relations  menekankan pada “Bentuk spesialisasi komunikasi”. Hal ini menunjukkan bahwa Public Relations adalah salah satu bentuk spesialisasi komunikasi dari dari sekian bentuk spesialisasi yang ada, yakni bentuk spesialisasi komunikasi persona, komunikasi kelompok,  dan komunikasi massa. Public Relations adalah termasuk pada bentuk spesialisasi komunikasi massa. Jika kita lihat mengapa Public Relations termasuk pada spesialisasi komunikasi massa karena pada prinsipnya, publik-publik yang berkepentingan terhadap organisasi/ badan/ perusahaan tertentu, yang tentu saja sebagai publik yang harus menjadi perhatian untuk dibina hubungan baiknya adalah tersebar di dalam masyarakat. Oleh karena itu beralasan jika Public Relations termasuk ke dalam salah satu bentuk spesialisasi komunikasi massa.
            Hal yang menjadikan sesuatu yang khusus dari kegiatan Public Relations dengan bentuk-bentuk komunikasi yang lain adalah bahwa Public Relations mempunyai tujuan yang pada awalnya adalah untuk memajukan saling mengerti, bergerak pada saling percaya, saling mendukung, yang kemudian selanjutnya akan tercapai adanya saling kerjasama di antara semua publik yang berkepentingan (Suhandang, 2004, p.44).
            Perusahaan Listrik Negara (disingkat PLN) atau nama resminya adalah PT. PLN (Persero) adalah sebuah BUMN yang mengurusi semua aspek kelistrikan yang ada di Indonesia. Direktur Utamanya adalah Sofyan Basir (sebelumnya adalah Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia), menggantikan Nur Pamudji. PLN mempunyai Visi: Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh Kembang, Unggul dan Terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani. Kata ‘Diakui’ mencerminkan cita-cita PLN untuk meraih pengakuan dari pihak luar. selain itu PLN mempunyai Motto ‘Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik (Electricity for a better Life).Dalam menjalankan salah satu fungsinya PLN memberikan fasilitas penerangan jalan umum (PJU) yang manfaatnya dirasakan oleh publik. Sebagai pemberi fasilitas terhadap publik, apabila terjadi ketidaknyamanan yang dirasakan oleh masyarakat, maka PT. PLN (persero) APJ Banten Utara akan mendapatkan feed-back negatif.Seperti kasus dimana Sistem kelistrikan Jawa-Bali mengalami defisit 800-900 MW,yang mengakibatkan pemadaman bergilir di wilayah Banten,DKI Jakarta,Jawa Barat dan Banten saat ini konsumsi listriknya 4686 mw,dan konsumsi listrik Jawa Barat dan Banten merupakan 30% dari jumlah konsumsi listrik Jawa-Bali .Konsumsi listrik yang begitu besar ini sangat memberatkan pihak penyelenggara listrik,karena pihak PLN APJ Banten Utara mengalami defisit sebesar 240 MW  jumlah ini sangat besar,dan Pihak PLN APJ Banten Utara mengambil langkah Pemadaman bergilir kepada konsumen pengguna listrik.
            Humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara mempunyai peran sebagai fasilitator penghubung untuk menjembatani hubungan antara publik internal maupun eksternal dan sebaliknya.Sebagai penerjemah, humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara dituntut mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan, dan harapan organisasi kepada pihak publiknya, sehingga dengan komunikasi timbal balik tersebut dapat tercipta saling pengertian, mempercayai, menghargai, mendukung, dan toleransi yang baik dari kedua belah pihak . Peranan Humas adalah sebagai ujung tombak perusahaan, karena itu, apabila terjadi masalah yang berhadapan dengan publik, baik publik yang bersentuhan langsung maupun yang tidak dengan kepentingan-kepentingan harus menjadi perhatian terhadap masalah-masalah perusahaan. (Annisarizki, 2009, Jurnal “Peranan Humas PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara Sebagai Fasilitator Komunikasi-Studi Kasus Mengenai Pemadaman Penerangan Jalan Umum Desember 2009”).
            Alasan diangkatnya penelitian ini adalah karena peneliti ingin mengetahui secara mendalam bagaimana Interaksionisme Simbolik Terjadi pada Humas PT.PLN (Peresro) APJ Banten Utara Dalam Meyakinkan Kesadaran pelanggan terhadap penggunaan energi listrik.Mengingat hal ini, sangat sulit sekali untuk ditanamkan di benak masyarakat karena kebanyakan dari mereka memiliki anggapan bahwa , mereka yang membayar tagihan listrik tiap bulannya,maka mereka juga yang berhak menentukan seberapa banyak pemakaian listrik mereka.Selain itu,peneliti juga sangat tertarik untuk mengetahui strategi yang digunakan dalam merancang pesan dalam strategi kampanye Public Relations PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara untuk meningkatkan kesadaran masyrakat akan penggunaan energi listrik,Kami juga ingin meneliti jenis kampanye apa yang digunakan dalam strategi kampanye public relations oleh PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara,serta kami ingin mengetahui saluran komunikasi yang digunakan dalam kampanye public relations yang dilakukan oleh PT.PLN (Perseo) APJ Banten Utara.
            Penelitian dilaksanakan di Ruang Lingkup Kerja Biro Humas PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara,dengan obyek penelitian Strategi Kampanye Public Relations yang dilaksanakan oleh Biro Humas PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara.Dimana di daerah tersebut terjadi fenomena bahwa,ketersediaan listrik seringkali tidak mencukupi serta kerugian yang selama ini dialami oleh PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara akibat kurangnya kesadaran masyarakat akan penggunaan energi listrik yaitu kesadaran untuk membayar tagihan rekening energi listrik,maka Biro Humas PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara langsung bertindak untuk melakukan strategi kampanye public relations untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan penggunaan listrik dengan menggunakan metode-metode yang kreatif dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas.
            Pihak Biro Humas PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara dalam mensosialisasikan program-program yang ada dalam kampanye PR ini melalui iklan di berbagai media,baik media cetak maupun media eleketronik,karena iklan diyakini sebagai sarana yang tepat dalam menyampaikan pesan sehingga mudah ditanamkan dibenak masyarakat.Iklan dapat dinikmati oleh semua kalangan,karena iklan bisa membantu mencapai semua sarana komunikasi.Iklan juga merupakan sarana ampuh untuk membangun kesadaran dan mempengaruhi konsumen.Iklan yang dibuat oleh PT.PLN berisi himbauan-himbauan dan informasi-informasi yang berkaitan dengan pelayanan PT.PLN kepada konsumennya.


1.2 Rumusan Masalah :


            Bagaimana Interaksionisme Simbolik Pada Humas PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara Dalam Meyakinkan Kesadaran Pelanggan Terhadap Penggunaan Energi Listrik?

         

1.3 Tujuan Khusus Penelitian :

            Untuk Menganalisis Interaksionisme Simbolik Pada Humas PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara Dalam Meyakinkan Kesadaran Pelanggan Terhadap Penggunaan Energi Listrik

 

1.4 Manfaat Penelitian :

            1.         Manfaat Teoritis :
            Secara teoritis hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan bagi perkembangan ilmu komunikasi,khusus nya di bidang kehumasan yang berkaitan dengan metode penyampaian pesan kepada masyarakat yang di wudjudkan melalui strategi kampanye public relations untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan penggunaan energi listrik.Selain itu pula dapat menjadi acuan dan dapat memperdalam teori-teori mengenai informasi yang berhubungan dengan studi komunikasi untuk memajukan ilmu komunikasi itu sendiri seiring dengan perkembangan zaman.

2.         Manfaat Praktis :
·         Bagi penulis,penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang kampanye public relations yang dilakukan oleh sebuah organisasi terutama tentang pemilihan saluran komunikasi yang efektif untuk menyampaikan pesan untuk meningkatkan kesadaran masyrakat.

·         Bagi PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara dapat menjadi masukan atau yang bermanfaat dalam penggunaan saluran komunikasi dalam kampanye public relations yang dilakukan untuk menambah keefektifan dari strategi yang dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran masyakarat akan penggunaan energi listrik.


  Dalam tinjauan pustaka, peneliti mengawali dengan menelaah penelitian terdahulu yang berkaitan serta relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Dengan demikian, peneliti mendapatkan rujukan pendukung, pelengkap serta pembanding dalam menyusun tugas akhir ini sehingga lebih memadai. Selain itu, telaah pada penelitian terdahulu berguna untuk memberikan gambaran awal mengenai kajian terkait dengan masalah dalam penelitian ini. Setelah peneliti melakukan tinjauan pustaka pada hasil penelitian terdahulu, ditemukan beberapa penelitian tentang media humas internal perusahaan. Berikut ini adalah penelitian mengenai media humas internal perusahaan:

TABEL 2.1  PENELITIAN TERDAHULU

No.
Judul Penelitian
Nama Peneliti
Metode yang digunakan
Hasil Penelitian
Pebedaan dengan Penelitian ini
1.
“Daya Tarik Buletin Media Kita Terhadap Efektivitas Perolehan Informasi Tentang Perusahaan nya bagi Pegawai PT.Kereta Api (Persero) Daerah Operasi Bandung.
Hendar (Skripsi)
Program Studi Ilmu Komunikasi Bidang Kajian Ilmu Humas,UNIKOM.
Kualitatif
Wawancara
Analisis
Deskriptif
Menunjukkan adanya pengaruh antara daya tarik buletin media kita terhadap efektivitas perolehan informasi tentang perusahaannya bagi pegawai PT.Kereta Api (Persero) Daerah Operasi 2 Bandung.
Penelitian Hendar meneliti sejauh mana daya tarik buletin dapat memberikan efektivitas perolehan informasi bagi karyawan PT.Kereta Api (Persero) Sedangkan penelitian ini meneliti tentang Interaksionisme Simbolik pada Humas PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara dalam meningkatkan kesadaran pelanggann terhadap penggunaan energi listrik.
2.
Media Internal
Buletin Goyang
Karawang Di
PT PLN
(Persero) Area
Pelayanan Dan
Jaringan
Karawang.
Angga
Rahmat
Gumelar,
(Skripsi)
Sub
Program
Kehumasan
Program
Diploma III.
FIKOM
UNPAD
Metode
Kuantitatif
Deskriptif
Penerbitan buletin
Goyang Karawang
berjalan dengan
baik terbukti
dengan tetap
eksisnya dan
buletin ini dapat
diterima oleh
public internal
perusahaan.
Penerbitan buletin
Goyang Karawang
sejauh ini sudah
bisa memenuhi
kebutuhan akan
informasi karyawan
PT PLN (Persero)
Area Pelayanan dan
Jaringan Karawang.
Penelitian Angga
Rahmat menggunakan
pendekatan kuantitatif
Sedangkan penelitian
ini menggunakan
pendekatan kualitatif
untuk meneliti bagaimana Interaksionisme simbolik yang terjadi pada PT.PLN (Persero) APJ Banten Uatra Dalam Meningkatkan Kesadaran Pelanggan Terhadap Penggunaan Energi Listrik.

3.
Efektivitas
media internal
(Buletin Be
Sharp) sebagai
sarana
pemenuhan
kebutuhan
informasi
karyawan
Devisi Home
Appliance
(HA) PT Sharp
Electronic
Indonesia.
Laura
Vincentia
Agusten,
(Skripsi)
Bidang
Studi Public
Relations
Fakultas
Ilmu
Komunikasi
Universitas
Mercubuana
Penelitian
evaluatif
dengan
pendekatan
kuantitatif,
metode
surve
Karyawan PT
Sharp selalu
menerima dan
membaca Buletin
Be Sharp setiap
kali buletin tersebut
terbit. responden
merespons program
penerbitan media
internal Buletin Be
Sharp secara
positif/efektif.
Pengetahuan
responden terhadap
Buletin Be Sharp
cukup positif,
pengaruh program
penerbitan media
internal Buletin Be
Sharp terhadap
Kebutuhan
informasi
responden juga
cukup positif.
Penelitian Laura
mengukur efektivitas
media internal
(Buletin Be Sharp)
sebagai sarana
pemenuhan kebutuhan
informasi bagi
karyawan PT Shrap.
Sedangkan penelitian
ini lebih kepada
interaksionisnme simbolik pada Humas PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara Dalam Meningkatkan Kesadaran Pelanggan Terhadap Penggunaan Enegi Listrik.


SUMBER : ANALISA PENELITI,2018.


2.2 TEORI UTAMA


2.2.1 Public Relations        

Definisi Public Relations

          Public Relations dalam Bahasa Indonesia yang disebut sebagai hubungan masyarakat merupakan salah satu fungsi manajemen perusahaan yang fokus pada komunikasi yaitu terhadap publik internal maupun eksternal. Setiap perusahaan baik swasta atau milik Negara, lembaga pemerintah dan lain sebagainya pasti memiliki publiknya masing-masing. Sehingga pada posisi ini sebuah perusahaan membutuhkan peran PR dalam membangun hubungan yang erat dengan publik secara luas.
            Terdapat beberapa pengertian mengenai Public Relations menurut para ahli, masing-masing dari ahli tersebut memiliki pandangannya tersendiri terhadap peran Public Relations. Menurut buku Effective Public Relations yang ditulis oleh Bromm G (2006: 6) menyebutkan bahwa “ Public Relations adalah fungsi management yang menilai sikap publik, mengidentifikasi kebijakan dan tata cara seseorang atau organisasi demi kepentingan publik serta merencanakan dan melakukan suatu program kegiatan untuk meraih pengertian dan dukungan publik”.
            Grunig & Hunt (Kriyantono, 2008: 5) mengungkapkan bahwa “ Public Relations adalah manajemen komunikasi antar organisasi dengan publiknya”. Selain itu definisi menurut Jefkins (Kriyantono, 2008: 5), “ Public Relations is a system of communication to create a goodwill”
Berdasarkan definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Public Relations merupakan fungsi manajemen yang mempunyai peran sangat penting dalam membangun hubungan antara perusahaan atau organisasi dengan publiknya baik internal maupun eksternal. Terkait dengan penelitian ini, Public Relations PT.PLN APJ Banten Utara mempunyai peran yang besar terhadap hubungan yang terjalin dengan beberapa pihak, khususnya pada pihak eksternal yaitu para media. Membangun dan menjalin hubungan dengan media (praktisi media) telah menjadi tanggungjawab seorang Public Relations PT.PLN APJ Banten Utara Karena hubungan yang saling berkaitan satu sama lain dapat mensinergikan kepentingan masing-masing pihak, baik dari sisi perusahaan maupun publik secara luas.
            Public Relations atau dalam bahasa Indonesianya adalah Hubungan Masyarakat atau Humas adalah interaksi menyeluruh dari setiap kegiatan yang berkaitan dengan public. Seperti halnya kata public di mana kata public merupakan cakupan besar yang mewakili suatu masyarakat. Sedangkan Relations adalah hubungan yang akan mengikat masyarakat dengan masyarakat lainnya. Maka dari keterangan ini lahirlah suatu pengertian yang menyebutkan bahwa Public Relations adalah bentuk terjadinya komunikasi yang melibatkan banyak pihak, semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian.
            Bagian pertama dari definisi ini sama seperti yang telah diuraikan oleh IPR.  hanya saja unsur tujuannya lebih terperinci, yaitu tidak hanya terbatas pada saling pengertian saja, melainkan juga berbagai macam tujuan khusus lainnya yang sedikit banyak berkaitan dengan saling pengertian itu. tujuan-tujuan khusus itu meliputi penanggulangan masalah-masalah komunikasi yang memerlukan suatu perubahan tertentu, misalnya mengubah sikap yang negatif menjadi positif.
            Public Relations menggukan metode manajemen berdasarkan tujuan (management by objectives). dalam mengejar suatu tujuan, semua hasil atau tingkat kemajuan yang telah dicapai harus bisa diukur secara jelas, mengingat PR merupakan kegiatan yang nyata. kenyataan ini dengan tegas menyangkal anggapan keliru yang mengatakan bahwa PR merupakan kegiatan yang abstrak. bila Anda tengah menjalankan suatu program Public Relations untuk mencapai tujuan tertentu, Anda pasti bisa mengukur hasil-hasil yang sudah dicapai. kalau perlu, Anda bisa menerapkan teknik-teknik riset pemasaran untuk menguji tingkat keberhasilan atau tingkat kegagalan sebuah program kampanye Public Relations yang Anda luncurkan.
            J.C Seidel, seorang Public Relations Director pada Division of Housing di New York, mengatakan : “Public Relations is the continuing process by which management endeavors to obtain goodwill and understanding of its customers, its employees and the public at large, inwardly through self-analysis and correction, outwardly through all means of expression.” Secara bebas dapat diartikan bahwa Public Relations adalah suatu proses yang berkelanjutan dari usaha manajemen untuk memperoleh jasa baik dan pengertian dari para pelanggannya, pegawai-pegawainya, dan public pada umumnya, ke dalamnya mengadakan analisa dan koreksi (perbaikan-perbaikan) terhadap diri sendiri, ke luarnya mengadakan pernyataan-pernyataan yang berarti (menguntungkan).
            Howard Bonham menyatakan : “Public Relations is the art of bringing about better public understanding which breeds greater public confidence for any individual or organization.”Dengan demikian Bonham mendefinisikan bahwa Public Relation adalah suatu seni untuk menciptakan pengertian publik secara lebih baik, sehingga dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap seseorang atau sesuatu organisasi/ badan.
            Definisi di atas dapat dilakukan suatu analisis bahwa pada prinsipnya Public Relations menekankan pada “Seni”. Hal ini menunjukkan bahwa Public Relations sangat erat kaitannya dengan aspek seni. Yang dimaksud seni disini adalah seni dalam kaitannya dengan komunikasi, dimana seorang PRO harus mempunyai dan mampu menampilkan daya seni berkomunikasi yang baik sehingga penampilan seni ini selanjutnya akan dapat memberikan keuntungan bagi nama baik perusahaan sesuai dengan image positif dari publik terhadap organisasi tersebut.
Menurut Rex.F.Harlow (1900-1976), Public Relations adalah fungsi manajemen tertentu yang membantu membangun dan menjaga lini komunikasi, pemahaman bersama, penerimaan mutual dan krja sama antara organisasi dan publiknya.
            M.O Palapah & Atang Syamsudin , Public Relations adalah suatu bentuk spesialisasi komunikasi yang bertujuan untuk memajukan saling mengerti dan bekerjasama antara semua publik yang berkepentingan guna mencapai keuntungan dan kepuasan bersama.
            Dari definisi di atas dapat dilakukan suatu analisis bahwa pada prinsipnya Public Relations menekankan pada “Bentuk spesialisasi komunikasi”.Hal ini menunjukkan bahwa Public Relations adalah salah satu bentuk spesialisasi komunikasi dari dari sekian bentuk spesialisasi yang ada, yakni bentuk spesialisasi komunikasi persona, komunikasi kelompok,  dan komunikasi massa. Public Relations adalah termasuk pada bentuk spesialisasi komunikasi massa. Jika kita lihat mengapa Public Relations termasuk pada spesialisasi komunikasi massa karena pada prinsipnya, publik-publik yang berkepentingan terhadap organisasi/ badan/ perusahaan tertentu, yang tentu saja sebagai publik yang harus menjadi perhatian untuk dibina hubungan baiknya adalah tersebar di dalam masyarakat. Oleh karena itu beralasan jika Public Relations termasuk ke dalam salah satu bentuk spesialisasi komunikasi massa.
            Hal yang menjadikan sesuatu yang khusus dari kegiatan Public Relations dengan bentuk-bentuk komunikasi yang lain adalah bahwa Public Relations mempunyai tujuan yang pada awalnya adalah untuk memajukan saling mengerti, bergerak pada saling percaya, saling mendukung, yang kemudian selanjutnya akan tercapai adanya saling kerjasama di antara semua publik yang berkepentingan.  

Pengumpulan Data
Definisi Permasalahan
Perencanaan dan Program
Aksi dan Komunikasi 
                                                                   Evaluasi

 Gambar  Proses Public Relations
                                                                              Sumber: Iriantara (2011: 9)

Proses yang dikemukakan oleh Cutlip dan Center (2011: 9) diatas menyebutkan bahwa proses tersebut terdiri dari pengumpulan fakta, definisi permasalahan, perencanaan dan program, aksi dan komunikasi serta evaluasi.
A.           Pengumpulan Fakta
Seorang PR mengumpulkan data-data atau fakta sebelum melakukan suatu tindakan. Pengumpulan fakta ini penting bagi PR karena sebelum menjalankan kegiatan perusahaan, seorang PR harus mengetahui bagaimana kondisi atau keadaan publik dengan jelas.
B.           Perencanaan
Berdasarkan fakta atau data yang telah dikumpulkan, seorang PR harus membuat rencana mengenai apa yang harus dilakukan dalam menghadapi berbagai kegiatan
C.           Komunikasi
Berdasarkan hasil dari pengumpulan data dan pembuatan rencana, kemudian semua hal itu dikomunikasikan dalam bentuk pelaksanaan suatu kegiatan
D.           Evaluasi
Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan, apakah tujuan dari kegiatan tersebut telah tercapai atau belum. Hasil dari evaluasi dapat dijadikan seorang PR sebagai dasar pada kegiatan berikutnya (Soemirat dan Ardianto, 2010: 90).

2.3 TEORI PENDUKUNG

TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK

            Teori interaksionisme simbolik adalah teori yang dibangun sebagai respon terhadap teori-teori psikologi aliran behaviorisme, behaviorisme, etnologi, serta struktural-fungsionalis. Teori ini sejatinya dikembangkan dalam bidang psikologi sosial dan sosiologi dan memiliki seperangkat premis tentang bagaimana seorang diri individu (self) dan masyarakat (society) didefinisikan melalui interaksi dengan orang lain dimana komunikasi dan partisipasi memegang peranan yang sangat penting.
            Interaksi simbolik menjadi paradigma konseptual yang interpretif karena memilik suatu konsep yang bukan hanya sekedar “melihat” suatu “dorongan dari dalam”,”sifat-sifat pribadi”,”motivasi yang tidak disadari”,”kebetulan”,”status sosial ekonomi”,”kewajiban peranan”,”resep budaya”,”mekanisme pengawasan masyarakat” atau lingkungan fisik lainnya.Tapi,faktor-faktor tersebut oleh para ilmuwan sosial harus dikonstrak (dibangun) maknanya atau “diinterpretasikan” sehingga perilaku tersebut menjadi lebih jelas dan terdefinisikan.Jelas,konsep teoretik ini sangat bermanfaat karena interaksionsime simbolik hanya memahami perilaku yang dapat didefiniskan untuk dapat dimaknai (Pambayun , 2013, p.95).
            Dalam tradisi pendekatan dalam penelitian ilmu komunikasi, teori interaksi simbolik berakar pada Semiotika Komunikasi) dan Teori Fenomenologi. Sehingga dapat dikatakan bahwa interaksionisme simbolik merupakan sebuah teori yang paling berpengaruh dalam sejarah bidang studi komunikasi.
Sebagaimana yang telah kita pahami bersama bahwa komunikasi adalah proses pembentukan makna melalui pesan, baik pesan verbal maupun pesan nonverbal yang berupa simbol-simbol, tanda-tanda, dan perilaku. Makna sebagai pemahaman pesan yang diberikan oleh orang lain tidak dapat terjadi kecuali kedua belah pihak atau para partisipan komunikasi dapat memperoleh makna yang sama bagi setiap kata, frasa, atau kode verbal yang ada.
            Dari ulasan singkat di atas, terlihat bahwa sebagai suatu proses pembentukan makna, komunikasi memiliki beberapa prinsip-prinsip komunikasi diantaranya adalah bahwa komunikasi diawali dengan diri (the self) dan komunikasi selalu melibatkan orang lain misalnya masyarakat (society) dalam konteks luas. Hal inilah yang coba dijelaskan oleh George Herbert Mead yang dikenal sebagai penggagas utama teori interaksi simbolik. Dengan demikian, teori interaksi simbolik merupakan teori yang menekankan pada peran komunikasi dalam membentuk dan mengelola hubungan interpersonal dan kelompok sosial. Untuk memahami teori interaksi simbolik lebih lanjut, kita simak ulasan singkatnya berikut ini.
            Teori interaksi simbolik bermula dari interaksionisme simbolik yang digagas oleh George Herbert Mead yakni sebuah perspektif sosiologi yang dikembangkan pada kisaran pertengahan abad 20 dan berlanjut menjadi beberapa pendekatan teoritis yaitu aliran Chicago yang diprakarsai oleh Herbert Blumer, aliran Iowa yang diprakarsai oleh Manford Kuhn, dan aliran Indiana yang diprakarsai oleh Sheldon Stryker.
            
          Ketiga pendekatan teoritis tersebut mempengaruhi berbagai bidang disiplin ilmu salah satunya ilmu komunikasi. Teori interaksi simbolik dapat diterima dalam bidang ilmu komunikasi karena menempatkan komunikasi pada baris terdepan dalam studi eksistensi manusia sebagai makhluk sosial.

          Interaksionisme simbolik sebagai perspektif sosiologi dapat kita runut asal muasalnya saat idealisme Jerman atau pre-Sokratik, dan mulai berkembang pada akhir abad 19 dan awal abad 20 yang ditandai dengan berbagai tulisan dari beberapa tokoh seperti Charles S. Peirce, William James, dan John Dewey. Interaksionisme simbolik lahir ketika diaplikasikan ke dalam studi kehidupan sosial oleh para ahli sosiologi seperti Charles H. Cooley, W.I. Thomas, dan George Herbert Mead. Dari sekian banyak ahli sosiologi yang menerapkan interaksionisme simbolik, Mead-lah yang secara khusus melakukan sistematisasi terhadap perspektif interaksionime simbolik.
            
  George Herbert Mead menjelaskan bahwa manusia termotivasi untuk bertindak berdasarkan pemaknaan yang mereka berikan kepada orang lain, benda, dan kejadian. Pemaknaan ini diciptakan melalui bahasa yang digunakan oleh manusia ketika berkomunikasi dengan pihak lain yakni dalam konteks komunikasi antarpribadi atau komunikasi interpersonal dan komunikasi intrapersonal atau self-talk atau dalam ranah pemikiran pribadi mereka. Bahasa sebagai alat komunikasi memungkinkan manusia mengembangkan sense of self dan untuk berinteraksi dengan pihak lain dalam suatu masyarakat.
            
      Dikarenakan pemikiran Mead tidak pernah dapat dipublikasikan, Herbert Blumer kemudian mengumpulkan, menyunting, dan mempublikasikan pemikiran Mead ke dalam sebuah buku bertajuk Mind, Self, and Society (1937) sekaligus memberikan nama dan mengenalkan istilah teori interaksi simbolik.
Terdapat dua pengertian mengenai interaksionisme simbolik atau teori interaksi yang diutarakan oleh para ahli, yaitu :
  • ·         Herbert Blumer mendefinisikan interaksionisme simbolik atau teori interaksi simbolik sebagai sebuah proses interaksi dalam rangka membentuk arti atau makna bagi setiap individu.
  • ·         Scott Plunkett mendefinisikan interaksionisme simbolik sebagai cara kita belajar menginterpretasi serta memberikan arti atau makna terhadap dunia melalui interaksi kita dengan orang lain.



Teori interaksi simbolik memiliki tiga konsep utama, yaitu :
  • ·         Pentingnya makna bagi perilaku manusia


          Teori interaksi simbolik mengasumsikan bahwa makna diciptakan melalui interaksi dan dimodifikasi melalui interpretasi. Teori ini juga mengasumsikan bahwa bagaimana manusia berinteraksi dengan manusia lainnya tergantung pada makna yang diberikan oleh oleh manusia lainnya. Komunikasi yang efektif tidak akan terjadi tanpa adanya makna yang dibagikan. Kita akan mudah berkomunikasi dengan mereka yang memiliki kesamaan bahasa dengan kita dibandingkan dengan jika kita berkomunikasi dengan mereka yang tidak memiliki kesamaan bahasa dengan kita.

         Misalnya dalam konteks komunikasi antar budaya. Orang jawa menggunakan kata “jangan” untuk merujuk kata “sayur”. Namun jika orang Betawi ketika sedang makan ditawari sayur oleh orang jawa dengan menyebut “jangan” maka orang Betawi tersebut justru merasa tidak boleh mengambil sayur tersebut. Akibatnya komunikasi menjadi tidak efektif.

  • ·         Pentingnya konsep diri


          Teori interaksi simbolik mengasumsikan bahwa konsep diri dikembangkan melalui interaksi dengan orang lain dan memberikan motif dalam berperilaku. Menurut William D. Brooks, konsep diri merupakan persepsi tentang diri kita yang bersifat psikologi, sosial, dan fisik yang diperoleh melalui pengalaman dan interaksi dengan orang lain.

     Memiliki konsep diri memaksa orang untuk membangun tindakan dan pikiran mereka secara positif dibandingkan hanya sekedar mengekspresikannya kepada orang lain. Tema ini mempertimbangkan pula validitas self-fulfilling prophecy atau kepercayaan bahwa orang akan berperilaku dengan cara tertentu untuk memenuhi harapan mereka sendiri.
·       
  •                   Hubungan antara individu dan masyarakat


Teori ini juga mengasumsikan bahwa budaya dan proses sosial mempengaruhi manusia dan kelompok dan karenanya struktur sosial ditentukan melalui jenis-jenis interaksi sosial. Teori ini mempertimbangkan bagaimana norma masyarakat dan budaya menjadi perilaku individu.
            Sebagaimana teori konstruksi sosial atau konstruksi realitas sosial, teori interaksi simbolik atau interaksionisme simbolik dibangun berdasarkan asumsi ontologi yang menyatakan bahwa realitas dibentuk secara sosial. Apa yang kita yakini benar didasarkan atas bagaimana kita dan orang lain berbicara tentang apa yang kita percaya untuk menjadi benar. Realitas selanjutnya didasarkan pada pengamatan, interpretasi, persepsi, dan konklusi yang dapat kita sepakati melalui pembicaraan.

            Dari pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa teori interaksi simbolik tidak seperti teori komunikasi lainnya yang mengasumsikan komunikasi secara sederhana sebagai sebuah pertukaran pesan atau transmisi pesan yang terjadi diantara dua individu sebagaimana digambarkan dalam berbagai model komunikasi yang telah kita kenal sebelumnya. Teori interaksi simbolik berpendapat bahwa diri (self) dan masyarakat (society) dibentuk, dikonsep ulang, dan diciptakan ulang dengan dan melalui proses komunikatif.

            Adapun intisari dari asumsi dasar teori interaksi simbolik adalah sebagai berikut :
  • ·         Manusia adalah hasil ciptaan yang unik karena memiliki kemampuan dalam menggunakan berbagai macam simbol.
  • ·         Manusia memiliki karakterstik sebagai manusia melalui interaksi yang dilakukan dengan manusia lainnya.
  • ·         Manusia adalah makhluk sadar yang memiliki self-reflective dan secara aktif membentuk perilaku mereka sendiri.
  • ·         Manusia adalah makhluk tujuan yang bertindak di dalam dan terhadap suatu situasi tertentu.


·        Masyarakat manusia terdiri dari individu-individu yang terikat dalam interaksi simbolik.Tindakan sosial hendaknya menjadi unit dasar bagi analisis psikologi sosial.Untuk memahami tindakan sosial setiap individu, kita perlu menggunakan berbagai metode yang memungkinkan kita untuk melihat makna yang diberikan oleh mereka terhadap tindakan yang dilakukan.

        Menurut Herbert Blumer, teori interaksi simbolis menitikberatkan pada tiga prinsip utama komunikasi yaitu meaning, language, dan thought.
  • ·         Meaning


Berdasarkan teori interaksi simbolis, meaning atau makna tidak inheren ke dalam obyek namun berkembang melalui proses interaksi sosial antar manusia karena itu makna berada dalam konteks hubungan baik keluarga maupun masyarakat. Makna dibentuk dan dimodifikasi melalui proses interpretatif yang dilakukan oleh manusia.
  • ·         Language


Sebagai manusia, kita memiliki kemampuan untuk menamakan sesuatu. Bahasa merupakan sumber makna yang berkembang secara luas melalui interaksi sosial antara satu dengan yang lainnya dan bahasa disebut juga sebagai alat atau instrumen. Terkait dengan bahasa, Mead menyatakan bahwa dalam kehidupan sosial dan komunikasi antar manusia hanya mungkin dapat terjadi jika kita memahami dan menggunakan sebuah bahasa yang sama.
  • ·         Thought


Thought atau pemikiran berimplikasi pada interpretasi yang kita berikan terhadap simbol. Dasar dari pemikiran adalah bahasa yaitu suatu proses mental mengkonversi makna, nama, dan simbol. Pemikiran termasuk imaginasi yang memiliki kekuatan untuk menyediakan gagasan walaupun tentang sesuatu yang tidak diketahui berdasarkan pengetahuan yang diketahui. Misalnya adalah berpikir.

            Herbert Blumer dan George Herbert Mead adalah yang pertama-tama mendefinisikan teori symbolic interactionism.Blumer mengutarakan tentang tiga prinsip utama interaksionisme simbolik, yaitu tentang pemaknaan (meaning), bahasa (language), dan pikiran (thought). Premis ini nantinya mengantarkan kepada konsep ‘diri’ seseorang dan sosialisasinya kepada ‘komunitas’ yang lebih besar, masyarakat.

            Blumer mengajukan premis pertama, bahwa human act toward people or things on the basis of the meanings they assign to those people or things. Maksudnya, manusia bertindak atau bersikap terhadap manusia yang lainnya pada dasarnya dilandasi atas pemaknaan yang mereka kenakan kepada pihak lain tersebut.

            Sebagai contoh, dalam film Kabayan, tokoh Kabayan sebenarnya akan memiliki makna yang berbeda-beda berpulang kepada siapa atau bagaimana memandang tokoh tersebut. Ketika Kabayan pergi ke kota besar, maka masyakat kota besar tersebut mungkin akan memaknai Kabayan sebagai orang kampung, yang kesannya adalah norak, kampungan. Nah, interaksi antara orang kota dengan Kabayan dilandasi pikiran seperti ini. Padahal jika di desa tempat dia tinggal, masyakarat di sana memperlakukan Kabayan dengan cara yang berbeda, dengan perlakuan lebih yang ramah. Interaksi ini dilandasi pemikiran bahwa Kabayan bukanlah sosok orang kampung yang norak.

            Once people define a situation as real, its very real in its consequences. Pemaknaan tentang apa yang nyata bagi kita pada hakikatnya berasal dari apa yang kita yakini sebagai kenyataan itu sendiri. Karena kita yakin bahwa hal tersebut nyata, maka kita mempercayainya sebagai kenyataan.

            Dalam contoh yang sama, ketika kita memaknai Kabayan sebagai orang yang kampungan, maka kita menganggap pada kenyataannya Kabayan memang adalah orang yang kampungan. Begitu pula sebaliknya.

            Premis kedua Blumer adalah meaning arises out of the social interaction that people have with each other. Pemaknaan muncul dari interaksi sosial yang dipertukarkan di antara mereka. Makna bukan muncul atau melekat pada sesuatu atau suatu objek secara alamiah. Makna tidak bisa muncul ‘dari sananya’. Makna berasal dari hasil proses negosiasi melalui penggunaan bahasa (language)—dalam perspektif interaksionisme simbolik.

            Di sini, Blumer menegaskan tentang pentingnya penamaan dalam proses pemaknaan. Sementara itu Mead juga meyakini bahwa penamaan simbolik ini adalah dasar bagi masyarakat manusiawi (human society).

            Ketika kita menyebut Kabayan tadi dengan bahasa kampungan, konsekuensinya adalah kita menarik pemaknaan dari penggunaan bahasa ‘kampungan’ tadi. Kita memperoleh pemaknaan dari proses negosiasi bahasa tentang kata ‘kampungan’. Makna dari kata ‘kampungan’ tidaklah memiliki arti sebelum dia mengalami negosiasi di dalam masyarakat sosial di mana simbolisasi bahasa tersebut hidup. Makna kata kampungan tidak muncul secara sendiri, tidak muncul secara alamiah. Pemaknaan dari suatu bahasa pada hakikatnya terkonstruksi secara sosial.

            Premis ketiga Blumer adalah an individual’s interpretation of symbols is modified by his or her own thought process. Interaksionisme simbolik menggambarkan proses berpikir sebagai perbincangan dengan diri sendiri. Proses berpikir ini sendiri bersifat refleksif.Masalahnya adalah,menurut Mead adalah sebelum manusia bisa berpikir, kita butuh bahasa. Kita perlu untuk dapat berkomunikasi secara simbolik. Bahasa pada dasarnya ibarat software yang dapat menggerakkan pikiran kita.

            Cara bagaimana manusia berpikir banyak ditentukan oleh praktek bahasa. Bahasa sebenarnya bukan sekedar dilihat sebagai ‘alat pertukaran pesan’ semata, tapi interaksionisme simbolik melihat posisi bahasa lebih sebagai seperangkat ide yang dipertukarkan kepada pihak lain secara simbolik. Komunikasi secara simbolik.

            Perbedaan penggunaan bahasa pada akhirnya juga menentukan perbedaan cara berpikir manusia tersebut. Contoh sederhana adalah cara pikir orang yang berbahasa indonesia tentunya berbeda dengan cara pikir orang yang berbahasa jawa. Begitu pula orang yang berbahasa sunda akan berbeda cara berpikirnya dengan orang yang berbahasa inggris, jerman, atau arab.

            Akan tetapi walaupun pemaknaan suatu bahasa banyak ditentukan oleh konteks atau konstruksi sosial, seringkali interpretasi individu sangat berperan di dalam modifikasi simbol yang kita tangkap dalam proses berpikir. Simbolisasi dalam proses interaksi tersebut tidak secara mentah-mentah kita terima dari dunia sosial, karena kita pada dasarnya mencernanya kembali dalam proses berpikir sesuai dengan preferensi diri kita masing-masing.

            Walaupun secara sosial kita berbagi simbol dan bahasa yang sama dalam kontek Kabayan dan kata kampungan tadi, belum tentu dalam proses berpikir kita sama-sama menafsirkan kata Kabayan dan kampungan dengan cara atau maksud yang sama dengan orang yang lainnya. Semuanya sedikit banyak dipengaruhi oleh interpretasi individu dalam penafsiran simbolisasi itu sendiri.

            Pemaknaan merujuk kepada bahasa. Proses berpikir merujuk kepada bahasa. Bahasa menentukan bagaimana proses pemaknaan dan proses berpikir. Jadi, ketiganya saling terkait secara erat. Interaksi ketiganya adalah yang menjadi kajian utama dalam perspektif interaksionisme simbolik.

            Dalam tataran konsep komunikasi, maka secara sederhana dapat dilihat bahwa komunikasi hakikatnya adalah suatu proses interaksi simbolik antara pelaku komunikasi. Terjadi pertukaran pesan (yang pada dasarnya terdiri dari simbolisasi-simbolisasi tertentu) kepada pihak lain yang diajak berkomunikasi tersebut. Pertukaran pesan ini tidak hanya dilihat dalam rangka transmisi pesan, tapi juga dilihat pertukaran cara pikir, dan lebih dari itu demi tercapainya suatu proses pemaknaan.

            Komunikasi adalah proses interaksi simbolik dalam bahasa tertentu dengan cara berpikir tertentu untuk pencapaian pemaknaan tertentu pula, di mana kesemuanya terkonstruksikan secara sosial.

            Mungkin kontribusi terbesar Mead terhadap bagaimana kita memahami cara kita berpikir adalah konsepsi Mead tentang ‘seni berperan’ (take the role of the other).Setelah kita paham tentang konsep meaning, language, dan thought saling terkait, maka kita dapat memahami konsep Mead tentang ‘diri’ (self). Konsep diri menurut Mead sebenarnya kita melihat diri kita lebih kepada bagaimana orang lain melihat diri kita (imagining how we look to another person). Kaum interaksionisme simbolik melihat gambaran mental ini sebagai the looking-glass self dan bahwa hal tersebut dikonstruksikan secara sosial.

            Dalam konsepsi interaksionisme simbolik dikatakan bahwa kita cenderung menafsirkan diri kita lebih kepada bagaimana orang-orang melihat atau menafsirkan diri kita. Kita cenderung untuk menunggu, untuk melihat bagaimana orang lain akan memaknai diri kita, bagaimana ekspektasi orang terhadap diri kita. Oleh karenanya konsep diri kita terutama kita bentuk sebagai upaya pemenuhan terhadap harapan atau tafsiran orang lain tersebut kepada diri kita.

            Kita acap kali mencoba memposisikan diri ke dalam orang lain, dan mencoba melihat bagaimanakah perspektif orang tersebut ketika memandang diri kita. Kita semacam meminjam kaca mata orang lain tersebut untuk dan dalam melihat diri kita.

            Konsep diri adalah fungsi secara bahasa. Tanpa pembicaraan maka tidak akan ada konsep diri. Nah, konsep diri ini sendiri pada nantinya terbentuk atau dikonstruksikan melalui konsep pembicaraan itu sendiri, melalui bahasa (language).

            Lebih luas lagi pada dasarnya pola komunikasi ataupun pola interaksi manusia memang bersifat demikian. Artinya, lebih kepada proses negosiasi dan transaksional baik itu antar dua individu yang terlibat dalam proses komunikasi maupun lebih luas lagi bagaimana konstruksi sosial mempengaruhi proses komunikasi itu sendiri. Teori interaksionisme simbolik mendeskripsikan hal ini secara gamblang.

        

            Interaksionisme simbolik merupakan salah satu model metodologi penelitian kualitatif berdasarkan pendekatan fenomenologis atau persepektif interpretif. Bogdan dan Taylor mengemukakan bahwa dua pendekatan utama dalam tradisi fenomenologis adalah interaksionisme simbolik dan etnometodologi.Interaksi simbolik memiliki perspektif teoritik dan orientasi metodologi tertentu. Pada awal perkembangannya interaksi simbolik lebih menekankan studinya tentang perilaku manusia pada hubungan interpersonal, bukan pada keseluruhan masyarakat atau kelompok. Aliran-aliran interaksionisme simbolik tersebut adalah Mahzab Chicago, Mahzab Lowa, Pendekatan Dramaturgis dan Etnometodologi. Sebagian pakar berpendapat, teori interaksi simbolik, khususnya dari George Herbert Mead, seperti teori etnometodologi dari Harold Garfinkel, serta teori fenomenologi dari Afred Schutz berada di bawah payung teori tindakan sosial yang dikemukakan oleh filosof dan sekaligus sosiolog Jerman Max Weber (1864-1920), meskipun Weber sendiri sebenarnya bukanlah seorang interpretivis murni. Proposisi paling mendasar dari interaksi simbolik adalah perilaku dan interaksi manusia itu dapat dibedakan karena ditampilkan lewat simbol dan maknanya.

            Interaksi simbolik termasuk ke dalam salah satu dari sejumlah tradisi penelitian kualitatif yang berasumsi bahwa penelitian sistematik harus dilakukan dalam suatu lingkungan yang alamiah dan bukan lingkungan artifisial seperti eksperimen.
Simbol dan interaksi harus dipadukan sebelum penelitian tuntas.Peneliti harus mengambil perspektif atau peran orang lain yng bertindak (the acting other) dan memandang dunia dari sudut pandang subjek, namun dalam berbuat demikian peneliti harus membedakan antara konsepsi realitas kehidupan sehari-hari dengan konsepsi ilmiah mengenai realitas tersebut.

            Peneliti harus mengaitkan simbol dan definisi subjek hubungan sosial dan kelompok-kelompok yang memberikan konsepsi demikian.Setting perilaku dalam interaksi tersebut dan pengamatan ilmiah harus dicatat.
Metode penelitian harus mampu mencerminkan proses atau perubaha, juga bentuk perilaku yang yang statis.Pelaksanan penelitian paling baik dipandang sebagai suatu tindakan interaksi simbolik.

Penggunaaan konsep-konsep yang layak adalah pertama-tama mengarahkan (sensitizing) dan kemudian operasional, teori yang layakmenjadi teori formal, bukan teori agung (grand theory) atau teori menegah (middle-range theory), dan proposisi yang dibangun menjadi interaksional dan universal.

Prinsip bahwa teori atau proposisi yang dihasilkan penelitian berdasarkan interaksionisme simbolik menjadi universal, sebagaimana diikemukakan Denzin diatas sejalan dengan pandangan Glaser dan Strauss yang upayanya untuk membangun “teori berdasarkan data” (grounded theory) dapat dianggap sebagai salah satu upaya serius untuk mengembangkan metodologi interaksionis simbolik. Hanya saja, meskipun bersifat induktif, pandangan Glaser dan Strauss mugkin terlalu idealis bagi sebagian penganut interaksionisme simbolik. Beberapa catatan penting yang perlu diperhatikan bagi peneliti interaksionis simbolik, yaitu : simbol akan bermakna penuh ketika berada dalam konteks interaksi aktif, pelaku budaya akan mampu merubah symbol dalam interaksi sehingga menimbulkan makna yang ebrbeda  dengan makna yang lazim, pemanfaatan symbol dalam interaksi budaya kadang-kadang lentur dan tegantung permainan bahasa si pelaku, makna symbol dalam interaksi dapat bergeser dari tempat dan waktu tertentu.

            Atas dasar hal-hal tersebut diatas, berarti interaksionis simbolik merupakan model penelitian yang lebih cocok diterapkan untuk mrngungkap makna dibalik interaksi  budaya secara natural, bukan situasi buatan.

            Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian yang bersifat kualitatif. Pendekatan kualitatif yaitu pendekatan penelitian yang menghasilkan data yang bersifat deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Adapun bentuk penelitiannya berbentuk deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan suatu obyek yang berkenaan dengan masalah yang diteliti tanpa mempersoalkan hubungan antar variabel penelitian. Dengan demikian, pendekatan kualitatif digunakan untuk memahami sebuah fakta (understanding) bukan menjelaskan fakta (explaining).

        Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu mendeskripsikan atau menggambaran data dan fakta mengenai strategi kehumasan PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara Dalam Membangkitkan Kesadaran Pelanggan Pada Penggunaan Energi Listrik di wilayah Banten Utara. Seperti penelitian pada umumnya, penelitian ini dituntut untuk memiliki objek yang jelas agar data yang diperoleh akurat. Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Data yang digambarkan secara obyektif berdasarkan data atau fakta yang ditemukan. Secara harfiah penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat deskripsi mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Dalam arti penelitian ini adalah akumulasi data dasar dengan cara deskriptif samata-mata tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan, menguji hipotesis, membuat ramalan, menerangkan atau mendapatkan makna implikasi, walaupun penelitian bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut dapat mencakup juga metode-metode deskriptif.

Metode pendekatan yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah pendekatan ilmu komunikasi. Peneliti akan menggunakan metode pendekatan ini kepada pihak-pihak yang dianggap relevan dijadikan narasumber untuk memberikan keterangan terkait penelitian yang akan dilakukan.


3.2 TAHAP PENGUMPULAN DATA           


 3.2.1 Observasi

            Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Kegiatan pengamatan terhadap obyek penelitian ini untuk memperoleh keterangan data yang lebih akurat mengenai hal-hal yang diteliti serta untuk mengetahui relevansi antara jawaban responden dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.
            Pengamatan atau observasi merupakan kegiatan yang dilakukan makhluk cerdas, untuk memproses atau objek dengan maksud untuk merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkanpengetahuan dan ide-ide yang sudah diketahui terlebih dahulu, untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk melanjutkan dengan investigasi.

          Observasi adalah salah satu teknik yang dilakukan dalam penelitian, berupa sebuah aktivitas yang dilakukan terhadap suatu proses atau objek dengan tujuan memahami dan merasakan pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengethauna dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya.

Secara etimologi observasi berasal dari bahasa latin yang memiliki arti “melihat dan memperhatikan” . Terdapat beberapa para ahli yang berpendapat mengenai pengertian dari observasi, masing-masing pendapat dari ahli tersebut memiliki perbedaan tergantung dari sudut pandang masing-masing.

            Disadari bahwa ciri penelitian kualitatif menempatkan peneliti sebagai instrument utama dalam proses penelitian, maka data penelitian ini dianalisis sejak penelitian berlangsung hingga berakhirnya proses pengumpulan data. Sebagai mana yang dilakukan oleh peneliti, penelitian kualitatif sudah harus memulai penulisan laporan penelitian sejak berada dilapangan karena proses analisis yang dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data karena penelitian ini akan dengan mudah melihat unsur-unsur yang hilang atau tidak dibicarakan dengan informan pada suatu penggunaan metode wawancara dan pengamatan langsung.

            Langkah awal yang penulis lakukan adalah membuat kategori-kategori dalam bentuk lembaran-lembaran. Data yang penulis dapatkan kemudian dimasukkan kedalam kategori yang sesuai, misalnya data tentang latar belakang informan, data tentang kondisi sosial budaya yang mendorong terciptanya pola interaksi sosial merupakan kategori data sehingga memudahkan penulis mengklarifikasikan.

            Langkah selanjutnya direduksi dengan mencari intinya (abstraksi). Hasil abstraksi tersebut disesuaikan dengan temuan-temuan lain yang berfungsi sebagai penguat data. Pada saat yang sama temuan data juga dikonfirmasikan kembali kepada informan untuk memperkuat data sehingga validitasnya kelihatan (pengabsahan data).

         Analisis data menurut Patton merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Ia membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap hasil analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian. Uraian diatas memberikan gambaran betapa pentingnya kedudukan analisis data ini dilihat dari segi tujuan penelitian. Adapun analisis data selama pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengupulan data yakni pada saat wawancara peneliti akan melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai, sampai pada tahap tertentu untuk memperoleh data yang valid dan kredibel. Analisis ini dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas atau sampai datanya dianggap cukup.

      Kemudian tahap akhir, melakukan reduksi data yakni merangkum, memilih, mengabstraksikan, dan mentransformasikan data yang telah diperoleh dari hasil catatan lapangan untuk dicari tema dan polanya. Hal ini membantu peneliti untuk mempertajam fokus, membuat kategorisasi, dan menyusun klarifikasi guna pendalaman dan penyusunan rencana kerja lebih lanjut. Maka pada tahap ini tentunya data yang tidak relevan dengan pertanyaan dasar penelitian dipisahkan.

3.2.2 WAWANCARA

       Wawancara adalah suatu cara mengumpulkan data dengan cara mengajukan pertanyaan langsung kepada seorang informan atau autoritas atau seorang ahli yang berwenang dalam suatu masalah.
Adapaun Pertanyaan-pertanyaan Yang Akan Diajukan Ketika Melakukan Wawancara,meliputi:
1.) Sudah Berapa lama Bapak bekerja di PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara?
2.) Kalau boleh tahu,Apa jabatan bapak di Biro Humas PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara dan Apa saja yang menjadi tugas pokok Bapak?
3.) Bagaiaman proses Interaksionisme Simbolik yang terjadi pada Humas PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara Dalam Meyakinkan Kesadaran Pelanggan Terhadap Penggunaan Energi Listrik?
4.) Bagaimana upaya-upaya yang Biro Humas Lakukan dalam menyampaikan makna dalam meningkatkan kesadaran pelanggan terhadap penggunaan energi listrik?
5.) Bagaimana Reaksi Pelanggan mengenai usaha dalam penyampaian makan yang dilakukan oleh PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara?
6.) Apa yang menjadi tantangan terbesar dalam menjalankan Interaksionisme Simbolik terhadap Pelanggan yang telah dilakukan PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara?
7.) Bagaimana Bahasa yang digunakan oleh Humas PT.PLN dalam merancang strategi penyampaian makna pesan?
8.) Apa yang menjadi dasar pemikiran dalam merancang isi pesan utama yang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran pelanggan terhadap penggunaan energi listrik?
9.) Bagaimana reaksi atau pemikiran pelanggan terhadap pola Interaksionisme Simbolik yang coba dibangun oleh Humas PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara dalam meyakinkan pelanggan terhadap penggunaan energi listrik?
10.) Apa cara-cara yang dilakukan guna membangun Interaksionisme Simbolik yang baik dengan pelanggan? Strategi apa yang Humas PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara susun?
11.) Bagaimana peranan Public Relations dalam menerapkan unsur-unsur Interaksionisme simbolik (makna,bahasa dan pikiran) ke dalam suatu program?
12.) Apa kesulitan yang Public Relations hadapi ketika mengkomunikasikan suatu program?
13.) Bagaimana penggunaan bahasa yang digunakan oleh Public Relations PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara dalam menkomunikasikan suatu program?
14.) Bagiamana cara mengidentifikasi Pikiran (Thoughts) yang ada dalam benak target audience?
15.) Bagiamana menyesuaikan Strategi dan Tactical Public Relations dengan makna yang harus disampaikan dalam suatu program Public Relations?
16.) Mengapa banyak sekali masyarakat yang tidak sadar betapa penting nya Hemat dalam menggunakan energi listrik?
17.) Upaya apa saja yang Public Relations lakukan dalam menanamkan image yang baik di mata pelanggan?

Data Primer
            Sumber data berasal dari hasil wawancara langsung dengan Biro Humas PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara mengenai Interaksionsime Simbolik yang terjadi antara Humas dengan pelanggan dalam meyakinkan kesadaran terhadap penggunaan energi listrik,Selain itu diadakan jajak pendapat mellaui FGD (Forum Group Discussion) guna meneliti bagaimana pemakaian unsur-unsur Interaksionsime Simbolik (Makna,Bahasa & Pikiran) diterapkan dalam program Public Relations.Data Primer didapatkan melalui Hasil Pengertian Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya yang berupa wawancara, jajak pendapat dari individu atau kelompok (orang) maupun hasil observasi dari suatu obyek, kejadian atau hasil pengujian (benda). Dengan kata lain, peneliti membutuhkan pengumpulan data dengan cara menjawab pertanyaan riset (metode survei) atau penelitian benda (metode observasi).

            Kelebihan dari data primer adalah data lebih mencerminkan kebenaran berdasarkan dengan apa yang dilihat.dan didengar langsung oleh peneliti sehingga unsur-unsur kebohongan dari sumber yang fenomenal dapat dihindari.

            Kekurangan dari data primer adalah membutuhkan waktu yang relatif lama serta biaya yang dikeluarkan relatif cukup besar.

Data Sekunder
Data di dapatkan dengan mengumpulkan dan mengklasifikasikan data-data penelitian.Baik data yang bersumber dari catatan lapangan,studi kasus,maupun data hasil wawancara,di klasifikasikan menurut perumusan serta identifikasi masalah.Selain itu,data juga di dapatkan dengan menganalisis laporan-laporan yang terdapat di Biro Humas PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara.Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum. Dengan kata lain, peneliti membutuhkan pengumpulan data dengan cara berkunjung ke perpustakaan, pusat kajian, pusat arsip atau membaca banyak buku yang berhubungan dengan penelitiannya.

            Kelebihan dari data sekunder adalah waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk penelitian untuk mengklasifikasi permasalahan dan mengevaluasi data, relatif lebih sedikit dibandingkan dengan pengumpulan data primer.

            Kekurangan dari data sekunder adalah jika sumber data terjadi kesalahan, kadaluwarsa atau sudah tidak relevan dapat mempengaruhi hasil penelitian.


3.2.3 NARASUMBER


          Yang akan menjadi Narasumber dalam Penelitian ini adalah :
  1.     Rencananya, yang akan menjadi narasumber kunci atau key informan dalam penelitian ini adalah Kepala Biro Humas PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara,Bapak Muharman Sismanto,karena melalui beliau akan mendapatkan askses terhadap sumber yang diperlukan serta saran tentang bukti-bukti yang mendukung dalam penelitian ini.Beliau merupakan penanggung jawab dilaksanakan nya strategi kampanye public relations untuk meningkatkan kesadaran pelanggan akan penggunaan energi listrik.Beliatu juga memantau pelaksanaan strategi kampanye public relations.Beliatu ada;ah seorang konseptor,melalui beliau lah konsep-konsep dan langkah-langkah strategik bermula.Narasumber kunci sangat penting dalam memberikan informasi yang sangat di butuhkan dalam penelitianm.Mereka tidak hanya bisa memberi keterngan tentang sesuatu kepada peneliti tetapi juga memberi saran tentang sumber-sumber dan bukti lain yang mendukung serta menciptakan akses terhadap sumber yang bersangkutan (Yin,2007:109).
  2.    Selain itu peneliti juga berencana untuk mewawancarai Staff Biro Humas PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara,Ibu Rini.Peneliti memilih beliau,karena dianggap memiliki sumber data yang berguna untuk penelitian ini.Dalam strategi kampanye public relations,beliau bertugas untuk mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan media,baik media cetak maupun elektronik.
  Peneliti juga ingin mewawancari salah satu Pelanggan pengguna energi listrik PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara,untuk mengetahu dan menggali lebih dalam informasi mengenai penggunaan energi listrik di wilayah Banten Utara.Serta,peneliti ingin mengetahui apakah pesan yang disampaikan dalam kampanye penggunaan energi listrik yang dilakukan oleh PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara telah tersampaikan dengan baik.

3.2.4 Unit Analisis

            Unit analisis adalah merupakan sesuatu yang berkaitan dengan fokus yang diteliti. Unit analisis merupakan suatu penelitian yang dapat berupa benda, individu, kelompok, wilayah dan waktu tertentu sesuai dengan fokus penelitiannya.Pada penelitian kualitatif pada dasarnya analisis data mempergunakan pemikiran logis, analisis dengan logika, dengan induksi, deduksi, analogi,komparasi, dan sejenisnya.

       Unit analisis dalam penelitian ini adalah Staff Biro Humas PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara.Penetapan unit analisis ini didasarkan pada tugas dan fungsi Staff Biro Humas PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara sebagai pelaksana dan bertanggung jawab terhadap proses penyelenggaraan Kampanye Penggunaan Energi Listrik di wilayah Banten Utara.

        
 Teori interaksi simbolik mengasumsikan bahwa makna diciptakan melalui interaksi dan dimodifikasi melalui interpretasi. Teori ini juga mengasumsikan bahwa bagaimana manusia berinteraksi dengan manusia lainnya tergantung pada makna yang diberikan oleh oleh manusia lainnya. Komunikasi yang efektif tidak akan terjadi tanpa adanya makna yang dibagikan. Kita akan mudah berkomunikasi dengan mereka yang memiliki kesamaan bahasa dengan kita dibandingkan dengan jika kita berkomunikasi dengan mereka yang tidak memiliki kesamaan bahasa dengan kita.

            Konsep diri dikembangkan melalui interaksi dengan orang lain dan memberikan motif dalam berperilaku. Menurut William D. Brooks, konsep diri merupakan persepsi tentang diri kita yang bersifat psikologi, sosial, dan fisik yang diperoleh melalui pengalaman dan interaksi dengan orang lain.Memiliki konsep diri memaksa orang untuk membangun tindakan dan pikiran mereka secara positif dibandingkan hanya sekedar mengekspresikannya kepada orang lain. Tema ini mempertimbangkan pula validitas self-fulfilling prophecy atau kepercayaan bahwa orang akan berperilaku dengan cara tertentu untuk memenuhi harapan mereka sendiri.

          Budaya dan proses sosial mempengaruhi manusia dan kelompok dan karenanya struktur sosial ditentukan melalui jenis-jenis interaksi sosial. Teori ini mempertimbangkan bagaimana norma masyarakat dan budaya menjadi perilaku individu.

3.3 Teknik Pengambilan Sample

            Karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang hasilnya menekankan pada makna bukan pada generalisasi.Sample digunakan untuk mendapatkan data untuk menjawab masalah sebagai tujuan penelitian.Adapun sampel yang digunakan adalah Sampel Purposif (Purposive Sampling) yang sesuai dengan tujuan penelitian.Purposive sampling termasuk satu dari beberapa jenis pengambilan sample dengan tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sample (Sugiyono,2005 : 53),Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,2005:53),Pemilihan Sampel ini berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut pautnya dengan karakteristik populaso yang sudah diketahui sebelumnya.Sampel dari penelitian ini berjumlah 3 orang,yaitu Kepala Biro Humas sebagai informan kunci,Serta dtaff biro humas dan Pelanggan sebagai informan pendukung.
           
Sample dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden,tetapi sebagai narasumber atau partisipan,informan,teman dan guru dalam penelitian.Maka,untuk selanjutnya sample yang dimaksud dalam penelitian ini disebut informan,karena dianggap memiliki sumber data yang di butuhkan dalam penelitian (Sugiyono,2005:50).

3.4 Fokus Penelitian

            Penilitan ini berfokus pada bagaimana Proses terjadinya Interaksionsime Simbolik pada Humas PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara Dalam Meyakinkan Kesadaran Pelanggan Terhadap Penggunaan Energi Listrik.Peneliti ingin mengetahui bagaimana Makna dibentuk,Bahasa apa yang digunakan dalam komunikasi dengan pelanggan,dan Apa yang menjadi dasar pemikiran di bentuknya suatu stratrgi komunikasi. Teori yang digunakan dalam mendukung penelitian ini adalah Public Relations dan Interaksionisme Simbolik untuk meneliti bagaimana Humas PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara menyampaikan informasi kepada publik dengan menggunakan teori Interaksionisme Simbolik guna menciptakan Makna yang disampaikan melalui bahasa,yang akan menimbulkan suatu pemikiran dalam benak pelanggan.

Objek Penelitian
Elemen
Evidensi
Teknik Penelitian
“Kajian Interaksionisme Simbolik Pada Humas PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara Dalam Meyakinkan Kesadaran Pelanggan Terhadap Penggunaan Energi Listrik”
Interaksi Simbolik

-          Pesan
Pesan adalah setiap pemberitahuan, kata, atau komunikasi baik lisan maupun tertulis, yang dikirimkan dari satu orang ke orang lain. Pesan menjadi inti dari setiap proses komunikasi yang terjalin.

-          Makna
Makna adalah hubungan antara lambang bunyi dengan acuannya.
Keutuhan makna itu merupakan perpaduan dari empat aspek, yakni pengertian (sense), perasaan (feeling), nada (tone), dan amanat (intension).

-          Pikiran
Pikiran adalah gagasan dan proses mental.


- Bahasa adalah kemampuan yang dimiliki manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya menggunakan tanda, misalnya kata dan gerakan.
Proses terjadinya Interaksionsime Simbolik pada Humas PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara Dalam Meyakinkan Kesadaran Pelanggan Terhadap Penggunaan Energi Listrik.

-Makna dibentuk oleh Biro Humas PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara melalui susunan program-program yang PT.PLN miliki.Pertama-tama pihak Humas meneliti makna dari berbagai sudut pandang target audience dalam mempresepsikan pesan yang ingin disampaikan terutama dalam meyakinkan kesadaran pelanggan terhadap penggunaan energi listrik.

-Pikiran dalam hal ini,ketika ingin mengusungkan suatu ide, hal yang perlu dilakukan Biro Humas PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara adalah meneliti apa yang ada di benak taget audience,apa  yang menjadi dasar pemikiran.

- Bahasa apa yang layak digunakan dalam mengkomunikasikan pesan dengan pelanggan.Bahasa yang bagaimana yang sopan dan dapat diterima masyarakat luas.
- Observasi Lapangan
Observasi (Pengamatan Langsung di Lapangan) Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian


-          Wawancara Langsung
Wawancara (bahasa Inggris: interview) merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi yang tepat dari narasumber yang terpercaya.

3.5 Tahap Analisis Data dan Representasi Data

            Dalam rangka menjawab permasalahan penelitian, maka Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif yaitu suatu analisis yang berusaha mencari pola, model, tema, hubungan, persamaan, dan makna dari data yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan-pernyataan, tafsiran-tafsiran setelah menggali data dari beberapa orang informan kunci yang ditabulasikan dan dipresentasekan sesuai dengan hasil temuan (observasi) dan wawancara mendalam penulis dengan para informan, hasil pengumpulan data tersebut diolah secara manual, direduksi selanjutnya hasil reduksi tersebut dikelompokkan dalam bentuk segmen tertentu (display data) dan kemudian disajikan dalam bentuk content analisis dengan penjelasan-penjelasan, selanjutnya diberi kesimpulan, sehingga dapat menjawab rumusan masalah, menjelaskan dan terfokus padarepresentasi tehadap fenomena yang hadir dalam penelitian.
            Analisis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Data Lapangan.Analisis ini merupakan salah satu metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yang tidak memerlukan pengetahuan mendalam akan literatur yang digunakan dan kemampuan tertentu dari pihak peneliti.Penelitian lapangan biasa dilakukan untuk memutuskan ke arah mana penelitiannya berdasarkan konteks.Penelitian lapangan biasa diadakan di luar ruangan.

3.6 Teknik Keabsahan Data

            Untuk mengetahui Keabsahan dari data yang telah ditelitu Penelitu mehgginakan teknik tringlulasi.Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut.

            Norman K. Denkin  mendefinisikan triangulasi sebagai gabungan atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Menurutnya, triangulasi meliputi empat hal, yaitu: (1)  triangulasi metode, (2) triangulasi antar-peneliti (jika penelitian dilakukan dengan kelompok), (3) triangulasi sumber data, dan (4) triangulasi teori.

1.  Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data  dengan cara yang berbeda. Dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survei. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya.

2. Triangulasi antar-peneliti dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini untuk memperkaya khasanah pengetahuan mengenai informasi yang digali dari subjek penelitian. Namun orang yang diajak menggali data itu harus yang telah memiliki pengalaman penelitian dan  bebas dari konflik kepentingan agar tidak justru merugikan peneliti dan melahirkan bias baru dari triangulasi.

3.  Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informai tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat (participant obervation), dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan  pribadi dan gambar atau foto. Masing-masing cara  itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti.

4. Triangulasi teori. Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan informasi atau thesis statement.  Informasi tersebut selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang televan untuk menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman pemahaman asalkan peneliti mampu  menggali pengetahuan teoretik secara mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh.

    Dalam kegiatan penelitian lapangan seseorang akan begitu cepat kehilangan pandangannya tentang berapa banyak data, data macam apa, yang telah dikumpulkan dari informan yang berbeda-beda. Karena data ini seringkali koroboratif - dengan memverifikasi penjelasan yang diberikan orang lain, menguji tesis yang muncul - ketidakhadirannya lebih serius daripada sekedar “kehilangan data”.Keseluruhan data adalah landasan bukti tempat berdirinya bangunan yang harus disusun peneliti menuju kesimpulan.

            Salah satu instrument yang dibuat untuk memudahkan dalam rangka triangulasi data adalah lembar catatan data. Lembar catatan data dapat membantu peneliti dalam mengorganisir data, membuat ringkasan sementara dari permasalahan penelitian yang terkait sekaligus meng-crosscheck data apasaja yang telah tersedia dan belum serta data apa saja yang layak analisis atau yang telah dikonfirm dengan sumber data lain.

        Praktek di lapangan saat penelitian dilakukan triangulasi dapat dikombinasikan misalnya kombinasi triangulasi sumber dan triangulasi metode. Triangulasi yang menggunakan kombinasi teknik triangulasi sumber data dan triangulasi metode seperti circle, yang dapat diawali dari penemuan data dari sumber mana saja lalu dicross-check pada sumber lain dengan metode lain pula. Sampai data lengkap dan jenuh sekaligus validasi dari berbagai sumber sehingga dapat menjadi dasar untuk penarikan kesimpulan. Dengan teknik ini diharapkan data yang dikumpulkan memenuhi konstruk penarikan kesimpulan.Kombinasi triangulasi ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan di lapangan, sehingga peneliti bisa melakukan pencatatan data secara lengkap. Dengan demikian, diharapkan data yang dikumpulkan layak untuk dimanfaatkan.

            Penelitian akan di laukan di Perusahaan Listrik Negara Area Pelayanan dan Jaringan Banten Utara yang berlokasi di Jalan Dipenogoro No.2,Serang,Banten.Penelitian akan di lakukan di pada periode akhir tahun,yakni di Bulan Desember 2017 sampai awal Januari 2018.

DAFTAR PUSTAKA

Pambayun,Ellys Lestari.2013.One Stop Qualitative Research Methodology In Communication.Jakarta.Lentera Ilmu Cendekia
Jefkins,Frank.1995.Public Relatons.Jakarta.Airlangga
Suhandang,Kustadi.2004.Public Relations Perusahaan (Kajian Program Implementasi), Bandung,Nuansa.
Annisarizki. 2009. Jurnal “Peranan Humas PT.PLN (Persero) APJ Banten Utara Sebagai Fasilitator Komunikasi-Studi Kasus Mengenai Pemadaman Penerangan Jalan Umum Desember 2009”. Serang,Banten. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Serang Raya
Broom,Glen.M. 2006 . Effective Public Relations.San Diego State University.Pearson
Kriyantono,Rachmat .2008 . Public Relations Writing : media public relations membangun citra korporat . Jakarta . Kencana Prenada Media Group
Scott M. Cutlip, Allen H. Center dan Glen M. Broom . 2007 . Efective Public Relations.Jakarta .Kencana
Ardianto, Soemirat Soleh Prof, DR, M.S. 2010. Dasar – Dasar Public Relation. Bandung . PT. Remaja Rosdakarya.
Griffin, Emory A., 2003. A First Look at Communication Theory, 5th edition, New York . McGraw-Hill.
Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABET.